 |
| Ilustrasi. Desakan bagi pemerintah untuk tegas memberantas segala bentuk perjudian daring. |
SUARANASIONAL.ID - Judi daring telah menjadi momok bagi masyarakat Indonesia. Kemudahan akses dan iming-iming kemenangan instan menjerumuskan banyak orang ke dalam aktivitas perjudian yang tak hanya merugikan finansial, tetapi juga merusak mental.
Sosiolog Universitas Indonesia (UI), Nadia Yovani, angkat suara keras terhadap maraknya judi daring. Menurutnya, praktik ini harus diberantas karena dapat merusak mental masyarakat.
"merusak mental masyarakat dengan iming-iming probabilitas menang lebih besar," kata dia, Rabu (17/7/2024).
"Setiap orang yang mengikuti judi online didasari dengan keinginan menang secara cepat dan mendapatkan uang dengan mudah," jelas Nadia.
Godaan untuk meraih kekayaan secara instan ini, dipadukan dengan kemudahan akses melalui platform online, membuat judi daring bagaikan candu yang menjerat penggunanya.
"Pemilik judi online juga pasti cari uang. Judi online ini menantang karakter orang yang secara individu ingin coba-coba," ujarnya.
Kenyataan pahitnya, banyak yang terjebak dalam lingkaran kekalahan dan terlilit hutang akibat judi daring.
Dampak negatif judi daring tak berhenti di situ.
"Kondisi ini lah yang membuat banyak masyarakat terjerat masalah keuangan hingga melakukan tindakan kriminal karena judi online," ungkap Nadia.
Melihat keresahan tersebut, Nadia menyerukan kepada pemerintah untuk melakukan tindakan tegas.
"Negara ini tidak pro terhadap judi, baik online maupun offline," tegasnya.
Presiden Joko Widodo pun telah merespon dengan membentuk Satuan Tugas (Satgas) Pemberantasan Perjudian Daring yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Hadi Tjahjanto.
"Sampai saat ini sudah 2,1 juta situs judi online ditutup dan Satgas Judi Online dibentuk agar mempercepat pemberantasan judi online," ucap Presiden Jokowi.
Pembentukan Satgas ini diharapkan menjadi langkah awal yang efektif dalam memerangi judi daring dan melindungi masyarakat dari jeratannya.