Tpz6TpCiGfz9BSd6BUMlGUA5Gd==

Elektabilitas Ganjar Naik Signifikan Usai Dideklarasikan Jadi Capres PDIP

Elektabilitas Ganjar Naik Signifikan Usai Dideklarasikan Jadi Capres PDIP
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dicalonkan sebagai presiden oleh PDIP. (Dok. Ist)

SUARA NASIONAL - Elektabilitas Ganjar Pranowo kian melejit usai dideklarasikan sebagai calon presiden (Capres) oleh PDIP beberapa waktu lalu.


Hasil survei terbaru yang dilakukan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukkan, tingkat kepercayaan publik naik secara signifikan kepada Gubernur Jawa Tengah itu.


Bahkan, dalam survei yang dilakukan pada 25-28 April 2023 lalu, hasilnya mengukuhkan nama Ganjar Pranowo di puncak perolehan suara dengan 20,8 persen.


Para pemilih kritis mempercayai Ganjar untuk terpilih sebagai presiden jika pemilu dilakukan pada periode simulasi seperti saat survei dilakukan.


Perolehan suara Ganjar tersebut naik dibanding survei sebelumnya yang juga dilakukan oleh SMRC. Sebelumnya Ganjar memperoleh 13 persen suara alias naik sekitar 7 persen pada survei terbaru SMRC tersebut.


Baca juga: Elektoral Parpol Islam di Pemilu 2024 Diprediksi Turun, Terburuk dalam Sejarah


Berada satu strip di bawah Ganjar ada Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dengan perolehan 15,8 persen suara. Menyusul Anies Baswedan di posisi ketiga dengan 11,4 persen suara.


Direktur Riset SMRC Deni Irvani menjelaskan, peningkatan suara Ganjar diperoleh dari hasil tiga sumber, yakni akumulasi penurunan suara Prabowo, pemilih yang abstain di survei sebelumnya, dan nama-nama calon lain.


Sementara itu, Deni juga menjelaskan, adapun pemilih kritis adalah sebutan bagi pemilik suara yang memiliki literasi politik yang lebih baik.


Pemilih kritis juga tersemat bagi mereka yang memiliki perangkat seperti gawai yang terhubung ke internet sehingga memiliki pengetahuan sosial-politik yang lebih baik, serta memiliki perhatian lebih terhadap perkembangan berita terkait pemilu.


"Mereka umumnya adalah pemilih kelas menengah bawah ke kelas atas, lebih berpendidikan, dan cenderung tinggal di perkotaan," jelas Deni dalam keterangan tertulis, Sabtu (29/4/2023).


Bahkan, kata Deni, pemilih kritis memiliki kemampuan memengaruhi opini kelompok pemilih yang berada di bawahnya.


Meski begitu, lanjut Deni, jumlah pemilih kritis hanya sebesar 80 persen. Sehingga hasil survei tersebut tidak mewakili total populasi pemilih nasional sebesar 100 persen.


Baca juga: Ini Alasan Iwan Bule Akhirnya Berlabuh ke Gerindra, Kagum Sosok Prabowo


Sebagai informasi, survei nasional pemilih kritis ini dilakukan pada pemilik cellphone sebagai indikator pemilih kritis. Sampel survei ini dipilih melalui metode random digit dialing (RDD).


RDD adalah teknik memilih sampel melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak. Dengan teknik RDD, sampel sebanyak 1.021 responden dipilih melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak, divalidasi, dan discreening.


Validasi dan screening dilakukan untuk memastikan bahwa pemilik nomor telepon terpilih adalah Warga Negara Indonesia (WNI) yang memiliki hak pilih (berumur 17 tahun plus atau sudah menikah) pada pemilu 2024 mendatang.


Margin of error survei ini diperkirakan sebesar 3,1% pada tingkat kepercayaan 95%, asumsi simple random sampling. Wawancara dengan responden dilakukan melalui sambungan telepon dan dilakukan interviewer terlatih.

***
Dapatkan berita Indonesia terbaru viral 2025, update terkini hari ini dari media online SuaraNasional.id melalui platform Google News.

Ketik kata kunci lalu Enter